Pages

Thursday - 0 comments

BERSUKACITALAH!

Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi!  (Maz. 100:1)

Mazmur 100 adalah salah satu nyanyian ucapan syukur teragung di dalam Alkitab. Mazmur ini memanggil kita untuk menyadari bahwa kita adalah kepunyaan Allah Pencipta kita (ay.3-4), dan membuat kita menaikkan pujian bagi Dia atas kebaikan, kemurahan, dan kebenaran-Nya (ay.5).
 
Baru-baru ini, saat membaca lagi Mazmur ini, saya tertegun oleh satu bagian yang menuliskan bagaimana mengungkapkan ucapan syukur kita secara nyata dan sukarela: "Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita" (ay.2). Yang seringkali terjadi adalah jemaat beribadah kepada Allah lebih dengan perasaan enggan daripada sukacita. Melakukan apa yang mereka pandang sebagai. tugas mereka, jauh dari bersukacita.

Oswald Chambers benar-benar menegur sikap mereka yang cenderung tidak mau bersyukur ketika ia berkata bahwa: Kehendak Allah adalah hal yang terindah, terbaik, dan paling membawa berkat yang dapat kita pahami, tetapi nyatanya sebagian dari kita berbicara tentang kehendak Allah dengan keluh kesah ... "Baiklah, saya anggap inilah kehendak Allah bagi saya" ... seakan-akan kehendak-Nya merupakan sesuatu yang paling mendatangkan bencana bagi kita. Kita menjadi orang-orang yang suka merengek secara rohani dan berkeluh-kesah tentang 'menderita oleh karena menjalani kehendak Allah.' Di manakah kuasa agung dan kedahsyatan dari Anak Allah dalam hal itu?

Ucapan syukur yang sejati lebih dari sekadar berterima kasih atas apa yang kita miliki. Sejatinya, ucapan syukur adalah sebuah sikap yang melebur sepenuhnya dalam hubungan kita dengan Tuhan sehingga kita akan melayani-Nya dengan gembira dan sukacita. 

Bagi orang Kristen, mengucap syukur bukanlah sekadar perayaan sehari, melainkan suatu gaya hidup.

Selamat malam, Tuhan Yesus memberkati :)

0 comments:

Post a Comment